Powered by Telkomsel BlackBerry®
By : Fiqih Ridzko <fridzko@yahoo.com>
Date: Mon, 6 Aug 2012 16:04:11 +0800 (SGT)
Tahun ini atau lebih tepatnya bulan juni tahun 2008, aku lulus dari SD. Kemudian, di bulan juli aku mendaftar di SMP. Aku mendaftar di SMP 1 Tualang. Yaitu, SMP yang aku inginkan sebelum aku lulus. Di hari pertama pendaftaran, aku mengantri bersama dengan ayahku dan bertemu dengan anak-anak lainnya yang ingin masuk ke sekolah ini. Di antaranya ada teman lamaku di SD dan juga pastinya ada teman baru yang berasal dari SD lain. Aku dan ayahku mengantri sangat lama, ayahku pun berkata, "Ayah pergi keluar dulu ya ? Nanti kalau misalnya sudah di panggil, maju aja ke depan". "Iyah, Yah," jawabku. Selang beberapa waktu setelah ayahku pergi, ternyata namaku di panggil. Aku pun bingung, karena aku baru pertama kali mendaftar seperti ini. Kamudian aku maju ke depan dan di tanya sama panitianya, "Sendirian ya daftarnya, Dek ?" Sambil ia memeriksa kelengkapan administrasiku. Nggak Buk, sama bapak. "Tapi Bapaknya sedang keluar tadi," jawabku seketika. Kemudian setelah itu, ibuk itu pun memberikan kembali administrasiku yang memang seharusnya di kembalikan, sambil berkata "Besok datang kesini lagi yaaa…untuk melihat hasilnya". "Iya, Buk". Kamudian ayahku pun datang. "Sudah selesai ?". "Sudah yah," kataku. Kemudian kami pun pulang ke rumah. Pada malam harinya, ayahku bertanya padaku, "Jadi bagaimana tadi pas di panggil waktu pendaftaran ?". "Yaaa di tanyai sama panitianya dan di bilangnya besok datang lagi untuk melihat siapa aja yang lolos administrasi," jawabku. "Jadi kayak mana lah tu ? Diterima gak kira-kira ?" Ayahku bertanya lagi dengan nada yang serius. "Harus diterima lah Yah, kan memang pengen banget sekolah disitu," jawabku dengan nada yang pasti. "Ooo..iya deh," jawab ayahku sambil tersenyum.
Keesokan harinya atau lebih tepatnya jam 8 aku sudah mengajak ayahku untuk pergi melihat hasilnya. Akan tetapi, ayahku bilang jam 10 saja lihatnya. Karena nanti belum ditempel pulak pengumumannya. "Iya deh, Yah," jawabku lesu. Kemudian, ketika waktu tepat di jam 10, aku dan ayahku pun pergi ke sekolah untuk melihat hasil administrasi. Sesampai di sekolah, ternyata pengumumannya sudah ditempel dan orang-orang pada berebut untuk melihatnya. Aku dan ayahku tidak langsung melihat hasilnya, karena masih banyak orang yang berebut untuk melihat hasil tersebut. Tidak beberapa lama kemudian, setelah sudah mulai nggak ramai, aku dan ayahku pun melihat hasilnya. Dan ternyata, Alhamdulillah aku lolos administrasi. Disitu aku senang banget, walaupun sebenarnya masih ada tes selanjutnya, yaitu tes tertulis.
Setelah itu aku pulang dengan wajah yang gembira dan langsung memberitahukannya pada ibuku. Ibuku pun ikut senang, tapi ibuku tetap mengingatkan padaku bahwa itu baru tes pertama, karena masih ada tes selanjutnya. Besoknya aku datang lagi ke sekolah untuk melihat kapan waktu tes tertulisnya dan apa aja alat yang di butuhkan untuk tes tertulis itu. Setelah aku mengetahui kapan tes tertulisnya, aku pun pulang ke rumah.
Keesokan harinya atau lebih tepatnya jam 8 aku sudah mengajak ayahku untuk pergi melihat hasilnya. Akan tetapi, ayahku bilang jam 10 saja lihatnya. Karena nanti belum ditempel pulak pengumumannya. "Iya deh, Yah," jawabku lesu. Kemudian, ketika waktu tepat di jam 10, aku dan ayahku pun pergi ke sekolah untuk melihat hasil administrasi. Sesampai di sekolah, ternyata pengumumannya sudah ditempel dan orang-orang pada berebut untuk melihatnya. Aku dan ayahku tidak langsung melihat hasilnya, karena masih banyak orang yang berebut untuk melihat hasil tersebut. Tidak beberapa lama kemudian, setelah sudah mulai nggak ramai, aku dan ayahku pun melihat hasilnya. Dan ternyata, Alhamdulillah aku lolos administrasi. Disitu aku senang banget, walaupun sebenarnya masih ada tes selanjutnya, yaitu tes tertulis.
Setelah itu aku pulang dengan wajah yang gembira dan langsung memberitahukannya pada ibuku. Ibuku pun ikut senang, tapi ibuku tetap mengingatkan padaku bahwa itu baru tes pertama, karena masih ada tes selanjutnya. Besoknya aku datang lagi ke sekolah untuk melihat kapan waktu tes tertulisnya dan apa aja alat yang di butuhkan untuk tes tertulis itu. Setelah aku mengetahui kapan tes tertulisnya, aku pun pulang ke rumah.
Beberapa hari kemudian, aku datang lagi ke SMP untuk menjalankan tes terakhir, yaitu tes tertulis. Disitu aku sangat tegang, karena takut tidak bisa menjawab soal-soal yang diberikan. Waktu tes tertulis pun masuk, aku dan anak-anak lainnya dikasih lembar jawaban dan soal yang harus kami kerjakan. Ternyata soalnya lumayan mudah. Setelah menjawab semua soal, aku dan anak-anak lainnya pun pulang. Sampai dirumah, aku tanyai sama orangtuaku. "Bagaimana tadi tesnya ?" Kata ayah dan ibuku. "Lumayan mudah lah," kataku sambil tersenyum kepada kedua orangtuaku. "Bagus lah, tapi bagaimana kalau gak diterima nanti ?" Kata ibuku dengan tiba-tiba. Aku pun tersentak mendengar pertanyaan ibuku. Dan kemudian aku menjawabnya dengan yakin, "Pasti masuk laa bu….!". "Tapi bisa nomor satu gak di tesnya ?" Kata ayahku sambil menceritakan pengalamannya dulu waktu daftar SMP. "Gak tau juga, tapi semoga lah yah," jawabku sambil tersenyum setelah mendengar cerita ayahku.
Beberapa hari kemudian, aku datang lagi ke SMP untuk melihat hasil tesnya. Aku datang pada jam 10, karena agar tidak ngantri seperti sebelumnya. Setelah sampai, aku langsung melihat pengumumannya. Karena sudah hampir siang, jadi sudah sedikit orang yang melihat. Tapi sebelum aku melihat pengumumannya, aku teringat kata-kata ayahku beberapa hari yang lalu. Jadi, aku melihat pengumumannya dari yang mendapat peringkat satu dalam hasil tes. Ternyata namaku tidak ada di bagian atas. Sampai aku menemukan namaku di nomor 53. Walaupun gak di nomor satu, tapi aku tetap bersyukur karena dapat masuk di sekolah yang aku inginkan. Karena, ternyata banyak teman-temanku dari SD yang selalu masuk tiga besar denganku tapi mereka tidak lolos di tes ini. Setelah melihat hasil tes, aku dan ayahku langsung daftar ulang. Karena memang hari ini langsung pembukaan daftar ulang bagi yang lolos. Kemudian hari seninnya aku mulai MOS. Awalnya aku gak tau apa itu MOS. Aku mulai tau mos ketika ayahku sedang ngobrol dengan temannya dan membahas tentang MOS.
Di hari pertama MOS, aku merasa agak canggung. Karena memang ini baru pertama kali aku merasakannya. Aku berada dikelompok empat yang diberi nama kelompok Raja Kecik. Di kelompok ini aku banyak bertemu dengan teman baru, dan juga tetap masih bertemu dengan teman SD. Akan tetapi, karena masih adaptasi, jadi aku masih tetap lebih dekat dengan temanku dari SD.
Dihari pertama ini masih tahap perkenalan dan lumayan menyenangkan. Dihari kedua MOS, masih seperti kemarin dan juga ada tambahan-tambahan permainan yang membuat lebih seru. Dihari ketiga yaitu hari dimana MOS terakhir, lebih banyak dihabiskan dengan pengarahan dari guru-guru baru bagi kami yang baru masuk SMP. Dan juga tak lupa pembagian kelas. Pada pembagian kelas, aku asik mengobrol dengan temanku, jadi aku tidak terlalu mendengar apa yang dibicarakan oleh guru tersebut. ini pun karena awalnya guru tersebut memberikan pengarahan terlalu lama. Sehingga membuat aku bosan. Jadi, karena aku tidak terlalu mendengar, aku pun bertanya pada teman yang lain. "Eh, aku di kelas berapa ?". "Mmm…kalau tidak salah di kelas VII-7," jawabnya. "Okelah terimakasih" kataku kemudian. Akan tetapi, setelah percakapan itu aku masih merasa bingung karena dia pun sepertinya ragu kalau aku di kelas VII-7. Karena itu, sebenarnya aku ingin bertanya pada guru yang membacakan kelasku tadi. Tapi, aku tidak terlalu berani untuk maju ke depan dan menanyakan pada guru tersebut. Kemudian, tak berapa lama ternyata ada temanku yang juga tidak tahu dia berada di kelas mana. Jadi, dia memintaku untuk menemaninya menanyakan hal tersebut. Aku pun menemaninya. Ketika sampai di tempat guru yang membacakan kelas tadi, kami pun di tanya sama guru tersebut, "Ada apa, Nak ?". "Saya berada di kelas berapa, Buk ?" Kata temanku. Kemudian ibuk tersebut mencari nama temanku. Di buka nya buku yang berisi daftar nama-nama anak kelas satu. Yang di mulai dari kelas VII-1, VII-2, VII-3, VII-4, kemudian aku kira setelah kelas VII-4 itu adalah kelas VII-5. Tapi ternyata tidak. Ternyata setelah kelas VII-4 adalah kelas
VII-7. Pas pulak namaku berada di kelas VII-7 yang aku kira itu adalah kelas VII-5. Jadi setelah melihat daftar itu, aku jadi sangat bingung. Karena, temanku kemarin bilangnya aku di kelas VII-7, sedangkan di daftar yang aku lihat kemarin aku berada di kelas VII-5. Hingga keesokan harinya, ketika hari pertama masuk kelas, aku pun masih tetap bingung. Tapi aku yakinkan hatiku untuk mengikuti daftar yang kulihat kemarin. Ketika aku baru di depan pintu kelas VII-5, tiba-tiba seorang temanku memanggilku, "Hey Fiqih !". " Apa ?", jawabku. "Kau bukan kelas VII-5, tapi kelas VII-7". "Serius lah, tapi aku lihat kemarin di daftar aku kelas VII-5," kataku makin bingung. "Yasudahlah kalau tidak percaya !", kata temanku itu dengan nada yang agak kesal. Kemudian setelah percakapan itu, aku pun tetap masuk ke kelas VII-5. Ketika aku di dalam dan mendapatkan tempat duduk, aku masih saja ragu yang mana kelasku sebenarnya. Sampai akhirnya ada seorang guru yang masuk, dan ternyata itu adalah wali kelas VII-5. Lalu pak guru tersebut memperkenalkan dirinya dan kemudian mendata anak-anak kelas VII-5.
Tetapi, sebelum bapak tersebut mendata, ada seorang guru lagi datang bersama seorang anak yang kelihatannya tidak tau kelasnya dimana. Guru yang baru datang tersebut kemudian mendata kami. Satu-persatu nama di panggil sampai akhir. Namun, namaku tidak ada disebutkan. Aku pun bingung. Tapi, bodohnya aku, meskipun namaku tidak di panggil, aku tetap berada di kelas tersebut dan tidak menanyakannya serta tetap yakin bahwa kelasku adalah VII-5. Kemudian guru tersebut pergi bersama anak tadi. Setelah itu, kini giliran guru wali kelas yang mendata kami. Satu-persatu nama pun di panggil. Sudah sampai akhir pun tetap namaku tidak ada. Sehingga aku tambah bingung dan bertanya pada teman sebangku ku, "Namaku kok gak di panggil yaa dari tadi ?". "Mungkin gak kedengaran kali sama mu tadi," jawabnya seolah-olah meyakinkanku. "Oh iya yah mungkin saja," kataku dalam hati. Lalu aku maju ke depan dan mencoba bertanya pada guru wali kelas tersebut. "Pak, nama saya gak ada ya ?". "Siapa nama kamu, Nak ?". "Fiqih Ridzko Saputra pak !". Di cari lah namaku sama bapak itu. "Wah..tidak ada nama kamu, Nak". Aku pun langsung terkejut dan bingung. "Tapi kemarin waktu pengumuman kelas saya berada di kelas VII-5, Pak !" Kataku dalam keadaan panik. "Oh..yauda, kalau begitu catat saja nama kamu disini". " Baik pak !". setelah itu, selesai lah kepanikan yang aku rasakan hari ini.
Esok harinya, aku datang ke sekolah. Hari ini adalah hari pertama belajar. Ketika aku baru datang, tiba-tiba seorang temanku menghampiriku, "Hey ! Kemarin kemana aja ? gak datang ya ?". "Datang kok, kenapa emangnya ?". "Kok gak kelihatan ?". "Aku kemarin di kelas VII-5". Entah kenapa tiba-tiba temanku itu terlejut, "Haa ? Ngapain di kelas VII-5 ? kelasmu kan VII-7". "Bukan….kelasku VII-5". "Tapi namamu kemarin di panggil di kelas
VII-7". Mendengar perkataan temanku itu, aku tambah bingung dan muncul lagi kepanikanku. Setelah lonceng berbunyi dan mulai belajar pun aku masih bingung. Sampai pulang pun aku tetap memikirkan perkataan temanku tadi. Di rumah juga begitu.
sampai keesokan harinya, ketika aku baru datang, aku langsung menuju kelas VII-7 dan bertanya pada anak-anak disana, "Eh, nama Fiqih Ridzko Saputra di absen yah disini ?". "Iya", kata orang-orang ku tanya. Mendengar jawaban ku tanya tadi, aku jadi yakin bahwa aku salah kelas. Lalu aku mencoba menemui salah satu temanku di kelas VII-5, dan memberitahukannya bahwa aku salah kelas, dan juga menyuruhnya agar memberitahu wali kelasnya agar namaku dicoret dari daftar nama di kelas VII-5. Karena sesungguhnya aku adalah penghuni kelas VII-7.