 SMANsatu.Com-
SMANsatu.Com-  Balimau  adalah satu kata yang mengandung satu kegiatan tradisi yang bernuansa  religious di Minangkabau pada masa dahulu hingga sekarang. Biasanya  tradisi ini dilakukan selang satu hari menjelang datangnya bulan  Ramadhan. BALIMAU dalam terminologi orang minang adalah mandi menyucikan  diri (mandi wajib, mandi junub) dengan limau (jeruk nipis), ditambah  ramuan alami beraroma wangi dari daun pandan wangi, bunga kenanga, dan  akar tanaman gambelu, yang semuanya direndam dalam air suam-suam kuku.  Lalu, dibarutkan (dioleskan) ke kepala. "Ramuan tradisional untuk  balimau tersebut adalah warisan turun-temurun sejak dulunya, sejak  puluhan tahun lalu bahkan konon sejak ratusan tahun lalu. Sungguhpun  tradisi ini telah mulai hilang atau sengaja dihilangkan, karena ada  kalangan alim ulama diranah minang sendiri , menganggap tradisi “  balimau “ sebagai perbuatan bid’ah, namun bagi kami apapun celaan  terhadap tradisi ini, selayaknya “ Tradisi balimau” tetap dipelihara dan  dilestarikan.
Makna dari tradisi balimau  adalah untuk kebersihan hati dan tubuh manusia dalam rangka  mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah puasa. Masyarakat  tradisional minangkabau pada zaman dahulu, mengaplikasikan wujud dari  kebersihan hati dan jiwa dengan cara mengguyur seluruh anggota tubuh  atau keramas disertai dengan ritual yang memberikan kenyamanan dan efek  bathin serta kesiapan lahir bathin ketika melaksanakan Ibadah puasa.  Prosesi balimau pada awal-awalnya positif dan mendapat dukungan agama.
"Karena sebenarnya balimau pada  awalnya tradisi itu, tidak saja dilakukan pada saat memasuki bulan  puasa, akan tetapi sebagai jelang-menjelang antara dua atau lebih  kerabat.Seperti lazimnya, orang yang baru nikah, menjelang orangtua/  mertua. Persyaratan yang biasanya disertakan pada acara itu, berupa  limau kasai (ramuan balimau), karena dulu belum ada semacam sampo  seperti sekarang. Tujuannya, agar orang yang didatangi dapat  membersihkan diri, menyucikan diri. Namun tempatnya tidak di lakukan  ditempat pemandian umum, tapi di tempat pemandian masing-masing." Inti  dari tradisi balimau itu dalam rangka mengeratkan tali silaturrahmi.  Kemudian, mensucikan diri sejalan dengan ajaran agama Islam. Islam itu  sangat suka kebersihan.
Bukankah kebersihan itu sebagian  dari iman?. “Balimau merupakan ajang silaturrahmi, di mana  anak-kemenakan biasanya mengoleskan ramuan balimau ke kepala para  mamaknya. Tradisi ini masih melekat pada sebagian daerah sampai sekarang  di Minangkabau. Ini informasi yang disampaikan oleh Suhendri Datuk Siri  Maharajo, Ninik-Mamak di Nagari Balingka, Kecamatan IV Koto, Kabupaten  Agam "Hanya oleh sebagian masyarakat, balimau disalah artikan sebagai  hura-hura, mandi bersama-sama ke tempat-tempat pemandian umum, seperti  sungai dan danau, juga laut. Sehingga inti dari bersuci itu bersih  secara spiritual dan agama tidak bertemu lagi,"
Kini, dalam praktiknya, karena  pengaruh hukum syarak dianggap tidak perlu lagi dipertahankan, mengingat  menurut kalangan agama dan adat, sekarang ini telah terjadi  pendangkalan makna dan salah kaprah dalam balimau pada sebagian besar  masyarakat. Kedudukan tradisi balimau dalam adat dan budaya : Tradisi  balimau tidak termasuk dalam kategori adat, walaupun ia telah ada sejak  dahulu. "Dahulu arti “balimau” merupakan lambang dari pensucian diri,  yang diyakini oleh masyarakat tradional yang bersifat ritual. Sebagai  khazanah budaya, tradisi ini sah-sah saja, seperti halnya  penyelenggaraan tata cara dan upacara perkawinan, menjelang dilakukan  akad nikah pada sepasang pengantin. Bukankah berbagai ragam upacara  perkawinan itu tidak lebih sebagai budaya yang sudah mengakar pula dalam  kehidupan masyarakat. 
Layakkah tradisi balimau dipertahankan ?
Sebenarnya, bila terjadinya  ekses negatif atau salah kaprah dari tradisi balimau, seperti yang  dilakukan oleh muda-mudi berbuat maksiat ditempat-tempat pusat  pemandian, pastilah harus dikikis habis. Mengingat jangan sampai adanya  pergeseran budaya; karena kita meniru apa yang ada pada orang lain.  Selain itu jangan pula terjadi pendangkalan agama.
Akan tetapi mengingat "Tradisi  balimau yang sudah membudaya dikampung-kampung dan dinagari di Ranah  Minang, maka tradisi balimau tidak bisa dihapus begitu saja. Tradisi ini  akan terus berjalan sepanjang zaman. Menjadi tugas keluarga,  ninik-mamak, alim ulama dan cerdik pandai yang dapat mengurangi ekses  negative dari tradisi balimau itu. Ketika masyarakat tradisionil di  Indonesia pada umumnya termasuk Minangkabu belum mengenal sabun mandi  atau shampoo, sebagai bahan pembersih tubuh dan rambut, semula mereka  menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia, yang diyakini dapat  memberikan efek bersih pada tubuh dan rambut pria dan wanita.
Sebut sajalah merang, buah  mengkudu atau limau kesturi, sering kita dengar bahwa bahan itu  mengandung zat pembersih tubuh. Dengan perkembangan zaman, dimana  bahan-bahan pembersih sudah ready for use, maka ketika menjelang  ramadhan itu tradisi balimau sudah berganti rupa dengan bahan-bahan made  in pabric. Mereka tidak melakukan lagi di tempat pemandian umum, namun  cukup dirumah masing-masing, sambil memasang niat akan melaksanakan  puasa sebulan penuh dengan hati yang bersih.
Sebagai pusaka budaya, maka  tradisi balimau ini bagi sebagian masyarakat akan tetap  dipertahankannya. Siapa yang akan mempertahankan ? tentulah ia kaum  padusi Minang yang meliputi Mande-mande, amai-amai dan bundokanduang  yang selalu hadir disetiap kegiatan budaya minang. Dengan tidak  mengabaikan ketentuan agama, yang mengikis setiap perbuatan bid’ah  dikalangan masyarakat, maka hemat kami tidak perlu kawatir bahwa tradisi  balimau akan berefek pedangkalan agama, melainkan hanyalah semata  sebagai perwujudan pelesatrian khzanah budaya minang belaka.
Bahan alami yang digunakan pada tradisi balimau, antara lain : 
- Beberapa helai daun pandan, diiris halus
- Beberapa kuntum bunga kenanga
- Beberapa kuntum bunga mawar
- Segenggam bunga tanjung
- Segenggam bunga melati
- Beberapa jeruk kesturi
Campurkan semua bahan bahan ini,  kemudian tuangkan dalam air panas suam-suam kuku. Bersihkan badan  terlebih dahulu untuk mengikis kotoran yang menempel pada tubuh, sucikan  hati dengan niat lahir bathin akan menunaikan Ibadah puasa sepenuh hati  karena Allah SWT. Setelah itu guyurlah tubuh dengan ramuan diatas.  Yakini diri Anda bahwa Anda tidak melakukan hal yang bertentangan dengan  agama, melainkan semata ingin merealisasikan khazanah budaya yang ada  di Ranah kita serta ibadah kepada Allah SWT. 
Sumber http://situsarnes.blogspot.com 
-min.png) 

 
-min.png)