
Yang suka nonton OVJ pasti kenal
 dengan pantun ini. "Di sana gunung, di sini gunung, di tengahnya Pulau 
Jawa. Wayangnya bingung, lha dalah dalangnya juga bingung, yang penting 
bisa ketawa. Ketemu lagi di Opera Van Java. Yaa… Eeee…!"
Pantun khas tersebut selalu 
diucapkan oleh Ki Dalang Parto ketika mengawali pertunjukan. Setelah 
itu, keluarlah suara merdu sinden cantik yang membawakan lagu-lagu masa 
kini diiringi musik gendang dan gamelan.
Kamis lalu (8/4), Jawa Pos 
bertandang ke Studio Guet di daerah Pancoran. Di studio tersebut, 
tayangan OVJ dibuat. Mengenakan beskap berwarna biru, Parto memulai 
pertunjukan seperti wayang orang Jawa tersebut. Waktu itu mereka 
memainkan cerita berjudul kimpoi Kontrak. Ketika pengambilan gambar, di 
dalam studio banyak penonton yang sengaja datang untuk melihat secara 
langsung.
Syuting OVJ dilakukan seminggu 
tiga kali, Selasa sampai Kamis. Mulai siang sampai tengah malam. Setiap 
kali syuting, mereka memproduksi tiga cerita. Kamis itu, menurut jadwal,
 syuting dimulai pukul 12.00 WIB. Tapi, sampai waktu yang ditentukan, 
syuting belum dimulai. Pendukung acara belum datang semua. "Itu kan 
syuting terakhir. Jadi, wajar kalau sedikit telat. Soalnya, syuting 
kemarin (Rabu, 7/4) sampai malam," tutur salah seorang kru
Sambil menunggu, Jawa Pos 
melihat ruang brifing dan kostum. Ternyata, para artis dan kru berebut 
jam tangan plastik. Ada Andre, Sule, Azis, dan beberapa kru. Rupanya, 
salah seorang kru membawa satu tas jam tangan plastik berbentuk robot 
untuk dijual. "Ya begini ini keadaannya. Nggak artis, nggak kru, sama 
saja kacaunya," ucap Bremoro Kunto, asisten produser OVJ.
Syuting hari itu molor, sekitar 
pukul 15.00 WIB baru dimulai. Beberapa menit sebelum syuting, para artis
 membaca naskah cerita yang akan mereka mainkan. Bukan skenario utuh, 
hanya garis besarnya. Menurut Sule, mereka hanya perlu baca sebentar 
naskah tersebut, setelah itu semuanya mengalir begitu saja. "Baca naskah
 ya pas begini ini. Baca sebentar, saya jadi apa di sini. Misal, saya 
jadi pemuda. Ya pemuda yang lagi ngapain. Soalnya, nanti ada Mas Parto 
yang jadi dalang.Jadi, dia lebih tahu ceritanya," katanya.
Di OVJ, para pemain memang 
dibebaskan berimprovisasi. "Misalnya, awalnya jadi tukang dagang, 
setelah itu jadi tukang lain. Bebas. Yang penting tahu benang merahnya. 
Jadi, bisa tek tok dengan dalang. Kalau dalang nyuruh, kami sudah 
hafal," ucap Sule.
Karena diberi kebebasan itu, 
Parto, Sule, Azis, Andre, maupun Nunung sering ngelantur ke mana-mana. 
Bremoro mengatakan, salah satu kekuatan OVJ memang itu.
Kebebasan. "Sudah biasa deh, 
durasi tayang satu jam, syuting sampai berjam-jam. Jalan ceritanya 
sampai ke mana-mana. Lawakan mereka juga sudah nggak keruan. Nggak 
masalah sih. Memang kami membiarkan mereka. Terserah deh mau ngapain. 
Mau berapa lama di atas panggung juga terserah. Yang penting, kami kasih
 tahu. Woi, sudah sepuluh menit. Woi, sudah 20 menit. Gitu saja," tutur 
Bremoro.
Justru lanturan para pelawak itu
 menguntungkan kru. Sebab, saat pengeditan, ada lebih banyak pilihan. 
Makin lama dibiarkan, tingkah lima sekawan tersebut makin aneh-aneh. 
"Kami yang ngedit kan jadi enak. Oh, yang ini lucu, ini juga, jadikan 
satu," lanjut dia.
Bremoro menjelaskan, para komedian tersebut memang memiliki talenta alami dalam melawak.
"Mereka, mau di panggung ataupun
 keseharian, sama saja. Kalau saya bilang, mereka bukan kategori orang 
lucu lagi, melainkan orang stres," papar dia lantas terbahak. Melihat 
para komedian tersebut mengobrol pun, terang dia, bisa mengundang tawa. 
Sebab, mereka sering membicarakan hal yang tidak penting, tapi 
membahasnya dengan serius.
"Pokoknya, dari sononya memang sudah lucu orang-orang itu," lanjutnya.
Mereka juga punya keunikan 
sendiri-sendiri di lokasi syuting. Jika dibandingkan dengan yang lain, 
Parto terkesan lebih anteng. Tapi, celotehan dia paling sering membuat 
orang tertawa. Sementara itu, Sule adalah personel OVJ yang paling 
lincah dan energik. "Kalau Azis, gimana ya? Dia absurd banget. Paling 
aneh lah. Tiba-tiba ramai, bentar kemudian dia menyendiri di pojok," 
imbuh Bremoro lantas tertawa. Sedangkan Andre dikenal sebagai orang yang
 sangat ceria. Sepertinya, tak pernah ada beban pada hidupnya. Tapi, 
Andre sering terlambat datang ke lokasi syuting. "Dia paling ceria, tapi
 juga paling suka telat," tegasnya.
Source: http://www.faktabukanopini.up2det.com/2012/01/sejarah-opera-van-java-trans-7.html
-min.png) 

 
-min.png)